Follow me on Twitter RSS FEED

Pages

Sholeh Waliyullah

Posted in
Di suatu tempat di Indramayu tepatnya di desa Juntinyuat kecamatan Karangampel, hiduplah seorang anak bernama Sholeh. Sejak kecil Sholeh sudah ditinggal wafat ayahnya sehingga ia sekarang hidup berdua dengan ibunya tercinta.
Pendidikan formalnya hanya sampai tingkat  tsanawiyah di desanya. Melihat teman-temannya yang melanjutkan sekolah ke tingkat Aliyah-atau sederajat, Sholeh merasa iri. Sholeh pun ingin melanjutkan sekolah. Ia menyampaikan keinginannya kepada ibunya.
“Bu, Sholeh ingin melanjutkan sekolah” katanya.
“Ibu tidak punya biaya untukmu sekolah, buat makan saja tidak ada” ibunya menjawab sambil mencucurkan air mata. Clak…clak…clak…
Sholeh dan ibunya pun terdiam sejenak.
“Ya sudah, Sholeh mondok saja” Sholeh memulai kembali pembicaraan.
“Baiklah kalau kamu ingin mondok. Tapi, ibu tidak punya uang untuk ongkos kamu pergi ke pondok, terlebih memberimu uang untuk makan setiap bulan” ibunya masih mencucurkan air mata.
“Bu, di belakang rumah ada pohon pisang, bagaimana kalau kita tebang saja untuk bekal Sholeh di perjalanan ke pondok ?” katanya meminta pendapat dari ibunya.
“Silahkan” ibunya pun membolehkan
Keesokan harinya, Sholeh berangkat ke pondok di daerah Jawa Timur hanya seorang diri sambil membawa pisang yang kemarin ia tebang. Sebelum berangkat Ia berpamitan kepada ibunya. “Doakan Sholeh, Bu” pintanya kepada ibunya.
Setelah berpamitan, Sholeh berangkat ke Jawa Timur. Karena tidak membawa uang sepeser pun ia berangkat dengan berjalan kaki. Ketika lelah, ia beristirahat sambil memakan pisangnya.
Singkat cerita, Sholeh pun sampai di pondok daerah Jawa Timur setelah beberapa hari perjalanan yang ia tempuh dengan berjalan kaki.
Di depan gerbang pesantren Sholeh hanya terdiam. Tak lama kemudian, datanglah seorang kiayi pemilik pesantren itu.
“Mengapa kau melamun anak muda, apa yang kau inginkan ?” tanya kiayi tersebut
“Begini kiayi, saya ingin mondok di sini” jawabnya singkat.
“Baiklah aku terima kau menjadi santriku. Dari mana asalmu ?”
“Indramayu”
“Jauh juga ternyata”
“Tapi kiayi, aku tidak punya uang untuk biaya mesantern di sini.
“Kalu begitu, kau ku tugaskan membantu istriku memasak nasi di dapur. Bagaimana?” kiayi menawarkan
“Aku sangat senang membantu istri kiayi”
“Siapa namamu?”
“Sholeh”
Keesokan harinya sholeh mulai memasak bersama istri kiayinya.Sholeh pun menikmati pekerjaanya tersebut.
Sebulan dua bulan, setahun dua tahun, pekerjaan Sholeh di pondok hanya memasak, tidak pernah mengaji. Sholeh pun sedikit cemas. Ia pun menemui kiayinya.
“Assalamu’alaikum. Kiayi, aku sudah dua tahun mondok di sini. Tapi, aku belum pernah mengaji sekali pun. Kapan aku mulai menyaji ?” Tanya Sholeh kepada kiayi.
“Kau tidak usah mengaji, nanti akan ku berikan ilmu jujur” jawab kiayi
“Jujur ?” Sholeh heran.
“Yah, ilmu jujur” kiayi meninggalkan Sholeh yang masih kebingungan.
Setelah sepuluh tahun Sholeh mondok, Ia tidak pernah mengaji sekali pun. Ia pun meminta ijin untuk boyong kepada kiayinya.
“Assalamu’alaikum” Sholeh memberi salam kepada kiayi.
“Wa‘alaikum salam. Ada apa Leh ?” Tanya kiayi
“Aku mau boyong” jawab Sholeh
“Baiklah aku ijinkan kau meninggalkan pondok ini dan ingat di rumah nanti kau harus selalu jujur kepada siapapun” kiayi berpesan kepada Sholeh.
Setelah mendapat ijin dari kiayi, Sholeh pun bergegas pulang menuju kampung halamannya di Juntinyuat, Karangampel, Indramayu. Tak lupa Ia mengamalkan ucapan kiayi yaitu harus selalu jujr kepada siapa pun.
Setelah sampai di kampung halaman, Sholeh jatuh cinta kepada seorang perempuan. Singkat cerita, karena kejujurannya, Sholeh pun menikahi perempuan tersebut.
Walaupun hanya lulusan tsanawiyah, Sholeh dapat bekerja di kecamatan karena kejujurannya. Tetapi di kemudian hari Ia dipecat dari kecamatan karena kejujurannya pula.
Ceritanya, Sholeh mengetahui bahwa Camat kecamatan Karangampel tersebut korupsi, kemudian Ia melaporkannya ke kepolisian setempat. Setelah itu, Camat masuk penjara dan Sholeh dipecat.
Sholeh kembali menjadi pengangguran.
Karena kejujurannya, Allah memberi keistimewaan kepadanya berupa kemampuan mengobati seseorang dengan menyemburkan air kepada pasien.
Banyak orang sakit datang kepada Sholeh untuk diobati, tetapi karena kejujurannya, Ia menolak untuk di bayar. Dan pada suatu hari ada seorang kaya memberinya amplop yang lumayan tebal. “Ini untuk apa ?” tanya Sholeh kepada orang kaya tersebut. “Sekedar buat beli rokok saja lah” jawab orang kaya.
Setelah dibuka, ternyata isi amplop tersebut lima juta rupiah. Karena kejujurannya, Ia pun menggunakan uang lima juta tersebut untuk membeli rokok. Saking banyaknya, rokok yang Ia beli dibagikan kepada tetangga sekitar.
Suatu hari, ada seorang utusan yang datang ke rumah Sholeh dan untuk memintanya ke Jakarta mengobati bosnya yang sedang sakit keras. Pergilah Sholeh ke Jakarta untuk mengobati bosnya orang tersebut dengan ojeg. Setelah disembur air, bosnya pun sembuh. Dan Sholeh diberi amplop. “Ini untuk apa ?” Tanya Sholeh. “Sekedar buat beli bensin” jawabnya.
Ketika dibuka amplop tersebut isinya sepuluh juta.
Di perjalanan pulang, bensin motor yang ditumpanginya habis dan diisinya sampai penuh. Kemudian karena kejujurannya setiap ada kendaraan yang mengisi bensin di sana pembayarannya di tanggung oleh Sholeh.
Setelah sampai rumah, istrinya bertanya “Mas dapat uang gak?”. Sholeh pun menjawab “Dapat tapi sudah habis dibelikan bensin semua”.
Suatu hari Sholeh ingin berkunjung ke pondoknya dulu sekedar untuk sillaturrahmi kepada kiayinya. Sholeh pun berangkat ke pondoknya di Jawa Timur.
Saat bertemu kiayinya, Sholeh menceritakan semua yang dialaminya ketika mengamalkan kejujuran. Kiayinya pun bangga kepada Sholeh.
“Bagus, kamu sudah mengamalkan ilmu jujur dariku. Sekarang perglah ke Tasikmalaya dan temuilah seorang tua pencari ikan yang hidup sebatang kara.”
Sholeh pun bergegas menuju Tasikmalaya untuk memenuhi perintah kiayinya. Setelah sampai, ia langsung mencari orang tua yang sesuai dengan yang diceritakan kiayinya. Setelah beberapa hari tidak ia temukan. Dan pada suatu hari di suatu sungan ada orang tua yang sedang mencari ikan. Sholeh pun langsung menghampirinya. Sholeh pun langsung menanyakan kepada orang tua itu tentang orang tua yang ia maksud.
“Yang anda maksud itu saya. Sekarang sampaikan salamku kepada kiayimu” kata orang tua tersebut.
“Lho, kamu tahu sih?” Tanya Sholeh keheranan.
“Aku teman dekat kiayimu, aku juga tahu tentangmu. Kau adalah santrinya yang bernama Sholeh yang berasal dari Indramayu yang mengamalkan kejujuran yang diperintahkannya.
“Ya benar.”
“Karena kejujuranmu Allah mengangkat derajatmu menjadi waliyullah.”
Begitulah perjalanan hidup Sholeh yang mengamalkan kejujuran yang akhirnya menjadi waliyullah (kekasih Allah).
By: Mas TB

0 komentar:

Posting Komentar

Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...